Bukan keharusan mengingat bukan ?
melampaui ini sendiri melelahkan juga ternyata.
Ada beberapa yang terlindas dan terlupkan.
tapi dimana ?
Kembara pada jingga sering bergelut rata, sedang bebas itu tak bertuju. Maka ia lebih memilih untuk setia pada langit, terbanglah sang kembara. Terbang bersama patahan nikmat yang tak setara langit dan bumi. Urai mata itu lemah, jatuhlah serendah kau sujud pada awan.
Rabu, 28 November 2012
Jumat, 02 November 2012
Terbang
Mengapa harus senja?
Ribuan penyair menuntut sinar itu, mereka menghujat kaki langit dengan wana jingga
merebut burai angin dan saling memikul kata
yang pada akhirnya terburai senyap saja
Sekian pula kita diam, memenjarakan gelisah dalam tak bertempat
melamakan selamnya dan tak bertemu jawab di bawah tanya.
Aku tak selamnya tegar untuk itu, pandang merubah arah
serta kau dingin beralas dendam
menyingkap cerai derai dosa berlabuh paruh nikamat setengah
Ayunkan buai-buai ini, lamatkan sinar yang memuai luka
ia benam dan memulai juga ceritanya
dia menulis syairnya sendiri
dengan genggaman rahasia tak terusik,
tapi aku mau dia singkap sejenak jendela
melihat taburan bunga yang menemani sedihnya
takkah ia merasa, aku menerbagkan butiran angin
menebar-nebar harap rumah berkaca !
Jika kau salin pesan ini dan tulis kembali
maka akan ada sayap sebelah patah kembali
jika kau lewatkan juga aku
maka kedua sayap itu hanya jatuh ditempatmu saja
Kita meninggalkan pesan
dari tatapan dibalik kacamata
menyiratkan daun kering dipucuk ranting tua
dan patahan lapuk ini usang memakan waktu
Aku terpaut jauh darimu
selang langkahmu telah dalam
bersama kebahagian hilang darimu
dan aku akan menggantikannya
akan kubawa kau terbang
menceritakan malam tanpa bantal dan guling
dan mendekapmu penuh haru !
Ribuan penyair menuntut sinar itu, mereka menghujat kaki langit dengan wana jingga
merebut burai angin dan saling memikul kata
yang pada akhirnya terburai senyap saja
Sekian pula kita diam, memenjarakan gelisah dalam tak bertempat
melamakan selamnya dan tak bertemu jawab di bawah tanya.
Aku tak selamnya tegar untuk itu, pandang merubah arah
serta kau dingin beralas dendam
menyingkap cerai derai dosa berlabuh paruh nikamat setengah
Ayunkan buai-buai ini, lamatkan sinar yang memuai luka
ia benam dan memulai juga ceritanya
dia menulis syairnya sendiri
dengan genggaman rahasia tak terusik,
tapi aku mau dia singkap sejenak jendela
melihat taburan bunga yang menemani sedihnya
takkah ia merasa, aku menerbagkan butiran angin
menebar-nebar harap rumah berkaca !
Jika kau salin pesan ini dan tulis kembali
maka akan ada sayap sebelah patah kembali
jika kau lewatkan juga aku
maka kedua sayap itu hanya jatuh ditempatmu saja
Kita meninggalkan pesan
dari tatapan dibalik kacamata
menyiratkan daun kering dipucuk ranting tua
dan patahan lapuk ini usang memakan waktu
Aku terpaut jauh darimu
selang langkahmu telah dalam
bersama kebahagian hilang darimu
dan aku akan menggantikannya
akan kubawa kau terbang
menceritakan malam tanpa bantal dan guling
dan mendekapmu penuh haru !
Langganan:
Postingan (Atom)