Jumat, 03 Mei 2013

Apakah itu tandanya (Kebenaran Cinta)





S8, 12:22-23/05/2012

Aku memandang nyalang manusia lalu lalang, kulihat, tanpa sedikitpun segan, mereka menggamitkan jemari tangan. Kata cinta mengoar ke angkasa, menghanyutkan gemawan mega. Mengaburkan keindahan bintang gemintang, panji dan agungnya bentara. Namun disini, berdiri aku dalam keraguan
Tak mengerti dan terus bertanya :
Apakah setangkup cinta lebih manis ketimbang sececap cita?
Dan apakah bahagia terwujud harus dengan dimiliki?
Dan apakah seorang pangeran hanya dapat menjadi raja, pabila mempersandingkan permaisuri disisinya?
Dan tanya itu menggiringku masuk ke dalam labirin tua.
Lorong pekat penuh lembap yang dindingnya berkeropeng dusta, penuh tipu daya, tiap simpangnya meyesatkan pengelan.
Aku ikuti setitik cahaya, dan kulihat jawab di ujungnya
Aku bertanya lantang, “Wahai, apakah itu cinta?”
Kulihat sepasang muda-mudi bergelayutan mesra, sang gadis tertawa mengikik, sang pemuda menggeliat laknat
Sahutnya, cinta adalah hari ini
Yang tergantikan segera oleh hari esok
Dia adalah kesenangan yang berkelindan selalu, birahi yang terpuaskan, nikmat yang berseliweran
Aku tercenung, terus termenung
Jika cinta adalah pesta pora, lalu apa arti cerita Majnun
Cinta baginya adalah kisaran derita
Tetapi Majnun hanya tahu itu cinta, walau dia buta oh, betapa takdir cintanya berakhir nestapa
Aku berpaling dari mereka yang mencemooh nakal
Lalu aku pergi menuju ujung lain lorong teka-teki, ku ikuti suara-suara merdu, tawa dan musik syahdu
Walau gelap pekat, suara itu menuntunku pasti
Dan akhirnya kulihat panggung megah berdiri kokoh
Dipenuhi penyair dan pujangga sepanjang masa
Dadaku serasa bergolak, aku menyeruak dan berteriak, “Wahai apakah itu cinta?”
Seorang pujangga menoleh, berdiri dan menjawab panggilanku lalu mulai bersyair, cinta adalah roman tanpa batas inspirasi yang takkan mati;Api yang takkan padam
Yang geloranya membuatmu remuk redam
Tapi, bagai kecanduan, kau akan terus menyesapnya membuatmu merasa terbang menuju mentari yang menyala perkasa
Sekali lagi, keraguan menyelinap dan membisik
Mestikah begitu?, sebab kulihat nyala sangat redup menyambangi jalinan pernikahan yang suci
Gairah sejoli telah berakhir, tapi tidak memupus ikatannya
Tapi mereka masih menyebutnya CINTA
Walau madunya telah habis, sang kumbang masih hinggap di atas kembang
Aku melongos tak puas, dan bejalan tak tahu kemana
Kususri lorong berliku, begitu panjang jalanan, terjal undakan
Dan pada satu tangganya, kulihat seorang pengemis renta mengharap derma
Dia berkata, “Berikanlah milikmu yang terbaik, dan kusampaikan kebijaksanaanku”
Aku sebenarnya tak ingin percaya, tapi kakiku terlalu letih mencari jawab ku ulurkan sebonkah batu mirah sembari bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”
Si pengemis diam dalam takzim dan menjawab, Cinta adalah penghamba tanpa bertanya, ketaatan tanpa memerlukan jawaban kau memuja, dan menjadikan dirimu budak dengan sukarela
Kata-kata cinta adalah perintah yang tidak terbantah.
Aku terpekur dan tak henti berpikir
Jika cinta merupakaan penghambaan, lalu apa arti cinta ILAHI ?
Dia yang menurnkan hujan, dan lebih agung dari apapun juga
Dia yang memberikan rezeki kepada oarang paling durjana sekalipun
Dia yang mencintai makhluk-Nya dan tak memerlukan apapun dari makhluk-Nya
Aku merasa rugi atas permata yang terbuang percuma
Ini bukanlah kebijaksanaan; melainkan kedunguan!
Cinta si pengemis selamanya menjadikan dirinya pengemis yang mengiba, meminta dan mengharap sejumput kasih
Jika ini dinamakan cinta!
Aku muak atas pencarian ini, lalu memutuskan keluar,
Labirin tua tak lagi mengurungku.

Dan bau laut seakan memanggilku
Ini adalah kebebasan yang menarik para pemberani dan seperti cerita lama, aku berlayar menuju samudera berombak (sendiri)
Angin kencang membantu lajuku, dan kapalku menuju horison di tapal batas
Mencari dunia baru untuk ditahlukkan    
Di ujung dek aku berteriak penuh kegembiraan
Walau kegembiraan itu kadang dibayar oleh rasa hampa di tengah lautan
Oh, tahun-tahun berselang; musim-musim berganti datang-waktu-penuh-kenangan yang berkandung suka dan duka.

Namun, pada suatu hari yang mengejutkan
Badai datang menenggelamkan apa yang tersisa
Aku lihat puing-puing yang karam dan onggokan
Sementara aku hanyut ditemani tonkang yang terombang-ambing, entah mengantarkanku ke mana
Disuatu tempat, saat aku membuka mata, aku rasai pasir lembut yang harum baunya dan riak ombak bermain-main di sekujur tubuhku
Apakah ini tanah orang-oarang mati, ataukah aku masih hidup?
Oh, betapa hausnya aku, seteguk air akan mengobatiku
Dan, aku lihat sesosok datang mendekat
Sorot matanya menatapku lekat lalu menuangkan seteguk air pada bibirku yang kekeringan sangat
Pandanganku terasa kabur dan dunia terasa berputar begitu cepat
Aku berharap dia adalah malaikat tak bersayap yang memberikan jawab
Aku merasa sebentar lagi maut menjemput, jadi tak ada salahnya bertanya, toh rasa malu akan terbawa lalu.

Setelah sekian lama, sekali lagi aku bertanya,”Wahai, apakah itu cinta?”
Dia termangu, dan hanya tersenyum untuk menenangkan jiwaku yang sekarat, dia menatapku lembut dan kata-kata bagai menetes dari mulutnya
Kata-kata serasa merdu yang manisnya teringat selalu , Jawabnya : Cinta bukanlah benda untuk dimiliki, tetapi tindakan untuk diperjuangkan
Cinta adalah kebaikan tanpa imbalan
Pernahkah mentari bertanya padamu atas sinarnya yang terang
Dan pernahkah pepohonan meminta jawaban atas keteduhannya
Jika kau memberikan segelas air pada orang asing dan dia tidak behutang padamu apapun
Itulah cinta.

Bagaikan petani, aku menanam benihnya
Lalu orang lain memakan buahnya, menghilangkan rasa laparnya
Tetapi ingatlah, cinta adalah pilihan hatimu
Bukan keterpaksaan dari rasa takut
Sebab cinta tidak pernah membuatmu merasa kehilangan
Dia terus membuat hatimu merasa kaya
Namu, sungguh dunia telah tercerai berai, dan manusia menjadi tersesat oleh makna cinta
Tergelincir keserakahan, cinta menjadi memabukkan untuk memiliki, bukanya memberikan
Untuk menguasai, bukannya mengasihi
Jika cinta tinggallah nafsu diri belaka

Yang tersisa hanyalah kerusakan semata
Tidak peduli sesama; Semuanya mengagungkan diri jua
Orang menamakannya cinta; tapi itu hanyalah dusta
Hari itu, aku tahu
Bahwa perjalanku bukannya berakhir
Tetapi baru saja dimulai, lalu aku mengatup mata, mulai mendoa untuk satu pilihan kata di hati
 (**********) ! Amin.

S8, 23/05/2012-14;12
Elang Hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar