Aku
memandang nyalang manusia lalu lalang, kulihat, tanpa sedikitpun segan, mereka
menggamitkan jemari tangan. Kata cinta mengoar ke angkasa, menghanyutkan
gemawan mega. Mengaburkan keindahan bintang gemintang, panji dan agungnya
bentara. Namun disini, berdiri aku dalam keraguan
Tak
mengerti dan terus bertanya :
Apakah
setangkup cinta lebih manis ketimbang sececap cita?
Dan
apakah bahagia terwujud harus dengan dimiliki?
Dan
apakah seorang pangeran hanya dapat menjadi raja, pabila mempersandingkan
permaisuri disisinya?
Dan
tanya itu menggiringku masuk ke dalam labirin tua.
Lorong
pekat penuh lembap yang dindingnya berkeropeng dusta, penuh tipu daya, tiap
simpangnya meyesatkan pengelan.
Aku
ikuti setitik cahaya, dan kulihat jawab di ujungnya
Aku
bertanya lantang, “Wahai, apakah itu cinta?”
Kulihat
sepasang muda-mudi bergelayutan mesra, sang gadis tertawa mengikik, sang pemuda
menggeliat laknat
Sahutnya,
cinta adalah hari ini
Yang
tergantikan segera oleh hari esok
Dia
adalah kesenangan yang berkelindan selalu, birahi yang terpuaskan, nikmat yang
berseliweran
Aku
tercenung, terus termenung
Jika
cinta adalah pesta pora, lalu apa arti cerita Majnun
Cinta
baginya adalah kisaran derita
Tetapi
Majnun hanya tahu itu cinta, walau dia buta oh, betapa takdir cintanya berakhir
nestapa
Aku
berpaling dari mereka yang mencemooh nakal
Lalu
aku pergi menuju ujung lain lorong teka-teki, ku ikuti suara-suara merdu, tawa
dan musik syahdu
Walau
gelap pekat, suara itu menuntunku pasti
Dan
akhirnya kulihat panggung megah berdiri kokoh
Dipenuhi
penyair dan pujangga sepanjang masa
Dadaku
serasa bergolak, aku menyeruak dan berteriak, “Wahai apakah itu cinta?”
Seorang
pujangga menoleh, berdiri dan menjawab panggilanku lalu mulai bersyair, cinta
adalah roman tanpa batas inspirasi yang takkan mati;Api yang takkan padam
Yang
geloranya membuatmu remuk redam
Tapi,
bagai kecanduan, kau akan terus menyesapnya membuatmu merasa terbang menuju
mentari yang menyala perkasa
Sekali
lagi, keraguan menyelinap dan membisik
Mestikah
begitu?, sebab kulihat nyala sangat redup menyambangi jalinan pernikahan yang
suci
Gairah
sejoli telah berakhir, tapi tidak memupus ikatannya
Tapi
mereka masih menyebutnya CINTA
Walau
madunya telah habis, sang kumbang masih hinggap di atas kembang
Aku
melongos tak puas, dan bejalan tak tahu kemana
Kususri
lorong berliku, begitu panjang jalanan, terjal undakan
Dan
pada satu tangganya, kulihat seorang pengemis renta mengharap derma
Dia
berkata, “Berikanlah milikmu yang terbaik, dan kusampaikan kebijaksanaanku”
Aku
sebenarnya tak ingin percaya, tapi kakiku terlalu letih mencari jawab ku ulurkan
sebonkah batu mirah sembari bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”
Si
pengemis diam dalam takzim dan menjawab, Cinta adalah penghamba tanpa bertanya,
ketaatan tanpa memerlukan jawaban kau memuja, dan menjadikan dirimu budak
dengan sukarela
Kata-kata
cinta adalah perintah yang tidak terbantah.
Aku
terpekur dan tak henti berpikir
Jika
cinta merupakaan penghambaan, lalu apa arti cinta ILAHI ?
Dia
yang menurnkan hujan, dan lebih agung dari apapun juga
Dia
yang memberikan rezeki kepada oarang paling durjana sekalipun
Dia
yang mencintai makhluk-Nya dan tak memerlukan apapun dari makhluk-Nya
Aku
merasa rugi atas permata yang terbuang percuma
Ini
bukanlah kebijaksanaan; melainkan kedunguan!
Cinta
si pengemis selamanya menjadikan dirinya pengemis yang mengiba, meminta dan
mengharap sejumput kasih
Jika
ini dinamakan cinta!
Aku
muak atas pencarian ini, lalu memutuskan keluar,
Labirin
tua tak lagi mengurungku.
Dan
bau laut seakan memanggilku
Ini
adalah kebebasan yang menarik para pemberani dan seperti cerita lama, aku
berlayar menuju samudera berombak (sendiri)
Angin
kencang membantu lajuku, dan kapalku menuju horison di tapal batas
Mencari
dunia baru untuk ditahlukkan
Di
ujung dek aku berteriak penuh kegembiraan
Walau
kegembiraan itu kadang dibayar oleh rasa hampa di tengah lautan
Oh,
tahun-tahun berselang; musim-musim berganti datang-waktu-penuh-kenangan yang
berkandung suka dan duka.
Namun,
pada suatu hari yang mengejutkan
Badai
datang menenggelamkan apa yang tersisa
Aku
lihat puing-puing yang karam dan onggokan
Sementara
aku hanyut ditemani tonkang yang terombang-ambing, entah mengantarkanku ke mana
Disuatu
tempat, saat aku membuka mata, aku rasai pasir lembut yang harum baunya dan
riak ombak bermain-main di sekujur tubuhku
Apakah
ini tanah orang-oarang mati, ataukah aku masih hidup?
Oh,
betapa hausnya aku, seteguk air akan mengobatiku
Dan,
aku lihat sesosok datang mendekat
Sorot
matanya menatapku lekat lalu menuangkan seteguk air pada bibirku yang
kekeringan sangat
Pandanganku
terasa kabur dan dunia terasa berputar begitu cepat
Aku
berharap dia adalah malaikat tak bersayap yang memberikan jawab
Aku
merasa sebentar lagi maut menjemput, jadi tak ada salahnya bertanya, toh rasa
malu akan terbawa lalu.
Setelah
sekian lama, sekali lagi aku bertanya,”Wahai, apakah itu cinta?”
Dia
termangu, dan hanya tersenyum untuk menenangkan jiwaku yang sekarat, dia
menatapku lembut dan kata-kata bagai menetes dari mulutnya
Kata-kata
serasa merdu yang manisnya teringat selalu , Jawabnya : Cinta bukanlah benda
untuk dimiliki, tetapi tindakan untuk diperjuangkan
Cinta
adalah kebaikan tanpa imbalan
Pernahkah
mentari bertanya padamu atas sinarnya yang terang
Dan
pernahkah pepohonan meminta jawaban atas keteduhannya
Jika
kau memberikan segelas air pada orang asing dan dia tidak behutang padamu
apapun
Itulah
cinta.
Bagaikan
petani, aku menanam benihnya
Lalu
orang lain memakan buahnya, menghilangkan rasa laparnya
Tetapi
ingatlah, cinta adalah pilihan hatimu
Bukan
keterpaksaan dari rasa takut
Sebab
cinta tidak pernah membuatmu merasa kehilangan
Dia
terus membuat hatimu merasa kaya
Namu,
sungguh dunia telah tercerai berai, dan manusia menjadi tersesat oleh makna
cinta
Tergelincir
keserakahan, cinta menjadi memabukkan untuk memiliki, bukanya memberikan
Untuk
menguasai, bukannya mengasihi
Jika
cinta tinggallah nafsu diri belaka
Yang
tersisa hanyalah kerusakan semata
Tidak
peduli sesama; Semuanya mengagungkan diri jua
Orang
menamakannya cinta; tapi itu hanyalah dusta
Hari
itu, aku tahu
Bahwa
perjalanku bukannya berakhir
Tetapi
baru saja dimulai, lalu aku mengatup mata, mulai mendoa untuk satu pilihan kata
di hati
(**********) ! Amin.
S8,
23/05/2012-14;12
Elang Hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar